(Doc-Fakta Indo)
Jakarta, mediasatu.co.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (24/6/2025) mengumumkan adanya gencatan senjata total antara Israel dan Iran. Ia menyatakan bahwa jika tidak ada pelanggaran selama 12 jam, maka perang akan ia anggap berakhir.
Gencatan senjata ini ia umumkan hanya beberapa jam setelah Iran menembakkan 14 rudal ke pangkalan militer AS di Qatar. Lalu, juga menyatakan akan menutup Selat Hormuz. Iran sebelumnya telah memperingatkan bahwa seluruh pangkalan militer AS, termasuk 750 fasilitas di seluruh dunia serta 50.000 pasukan AS di Timur Tengah menjadi target mereka. Hal ini sebagai balasan atas keterlibatan AS dalam pemboman wilayah Iran.
Seorang pejabat Gedung Putih mengungkapkan bahwa Israel setuju untuk melakukan gencatan senjata dengan syarat Iran menghentikan serangan ke wilayah mereka. Kemudian, menurut informasi Iran pun menerima syarat tersebut.
Namun, 10 menit setelah pengumuman resmi dari Trump, media pemerintah Iran justru melaporkan bahwa Israel tetap meluncurkan beberapa serangan ke wilayah Teheran. Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi membantah klaim bahwa sudah ada kesepakatan gencatan senjata.
Dalam pernyataannya, ia menegaskan, “Namun, apabila rezim Israel menghentikan agresi ilegalnya terhadap rakyat Iran selambat-lambatnya pukul 4 pagi waktu Teheran, kami tidak berniat melanjutkan serangan balasan setelahnya,” tegasnya.
Pernyataan yang saling bertolak belakang antara pihak AS dan Iran membuat situasi semakin tidak menentu. Beberapa negara seperti Rusia, Tiongkok dan Turki menyerukan kedua pihak agar benar-benar menahan diri. Hal i mencegah eskalasi konflik yang lebih luas di kawasan. (Red).