(Doc-Fakta Indo)
Nepal, mediasatu.co.id – Gelombang kerusuhan di Nepal mencapai puncaknya pada Selasa malam (9/9/2025) ketika militer bersenjata lengkap turun ke jalan. Pasukan segera memberlakukan jam malam, menindak massa yang menjarah toko dan bank, serta mengamankan titik-titik vital di Kathmandu. Langkah ini mereka ambil setelah kekosongan kekuasaan muncul akibat pengunduran diri presiden, perdana menteri Khadga Prasad Sharma Oli, dan empat menteri lainnya.
Sebelumnya, protes yang berlangsung di ibu kota berubah menjadi aksi anarkis berdarah, menewaskan sedikitnya 22 orang. Massa menyerang dan membakar sejumlah fasilitas penting seperti gedung parlemen, Mahkamah Agung, serta kediaman para pejabat. Rumah Presiden Ram Chandra Poudel dan PM Oli tidak luput dari sasaran. Sementara istri seorang mantan perdana menteri tewas setelah terjebak dalam rumah yang dibakar.
Tidak berhenti di situ, pengunjuk rasa juga sempat menutup Bandara Internasional Kathmandu dan membebaskan lebih dari 1.500 narapidana dari penjara. Kondisi inilah yang membuat negara lumpuh dan memaksa militer mengambil alih pemerintahan.
Gelombang protes di Nepal mencerminkan pola yang pernah terjadi di Sri Lanka, Bangladesh, hingga Indonesia. Gerakan yang bermula dari penolakan kasus korupsi dan kebijakan pemerintah berubah menjadi perlawanan besar. Hal ini bersamaan dengan simbol-simbol yang menyatukan massa serta kemunculan para influencer yang mengklaim berbicara atas nama rakyat. (Red).