(Doc-Fakta Indo)
Jakarta, mediasatu.co.id – Secara terbuka, Marco Rubio selaku Menteri Luar Negeri AS meminta China mencegah Iran menutup Selat Hormuz. Hal ini karena, ia menyebut penutupan jalur vital tersebut dapat mengguncang stabilitas energi, memperparah konflik Iran-Israel, dan menghantam ekonomi global. Selain itu, ia juga mengganggap bahwa China memiliki pengaruh besar sebagai mitra dagang utama Iran.
Akan tetapi, pada Minggu (23/6/2025), Esmaeil Kowsari selaku anggota parlemen senior Iran menyatakan bahwa parlemen telah sepakat menutup Selat Hormuz. Hal ini Iran lakukan sebagai respons atas serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran dan sikap diam dunia internasional. Meski keputusan final berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Iran, suara parlemen tersebut mencerminkan sikap resmi negara.
Menurut perkiraan, penutupan Selat Hormuz akan berdampak besar, terutama terhadap AS, salah satu pengimpor utama minyak dari Timur Tengah. Telah mendapat pengakuan, jalur ini sekitar 20% menjadi perdagangan minyak dunia atau sekitar 20,8 juta barel per hari. Minyak tersebut sebagian besar berasal dari negara-negara OPEC seperti Arab Saudi, Iran, UEA, Kuwait, dan Irak. Sejak awal tahun pada pembukaan perdagangan, dampaknya langsung terasa di pasar energi yaitu harga minyak mentah melonjak ke level tertinggi. (Red).